Ratusan mahasiswa Papua terancam dropout dari berbagai kampus. Polemik ini berawal dari kepulangan mahasiswa tersebut pada akhir tahun lalu pasca kasus rasisme di Surabaya, Jawa Timur.
- Mappi Menyambut Festival Perikanan Sebagai Upaya Promosi Wisata dan Ekonomi Lokal
- Jelang Natal, PT PLN ULP Tanah Merah Lakukan Pengecekan di Sejumlah Gereja
- Hadiri Ibadah di Gereja Katolik Waropko, Bupati Boven Digoel Akan Bantu Pembangunan Gereja
Baca Juga
Prihatin atas kelangsungan pendidikan mereka, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membantu nasib mahasiswa asal Papua tersebut.
Tito menjelaskan, mahasiswa Papua pulang kampung karena ada maklumat dari Majelis Rakyat Papua (MRP) terkait isu rasisme. Namun, maklumat itu sudah dicabut dan pelajar berangsur kembali ke sekolah masing-masing. Namun, karena sudah lama tidak mengikuti kuliah, banyak kampus yang menolak mereka kembali.
"Beberapa sekolah yang sudah ditinggalkan banyak yang tidak mau menerima karena tidak ikuti pelajaran sehingga terancam dropout. Ini kekhususan dan ini kami minta kepada Mendikbud agar mereka dapat diterima ke sekolah masing-masing," kata Tito dalam Rapat Kerja Komisi II DPR RI dengan Kemendagri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (26/2).
Saat kejadian rasisme di Surabaya ada 618 orang mahasiswa Papua yang memutuskan pulang kampung. Sebanyak 134 orang diantaranya sudah kembali ke sekolah masing-masing, sedangkan 484 orang lainnya masih berada di Papua.
"Kerja sama Pemda MRP, DPRP, mendata mana yang mau kembali dan tidak mau kembali, termasuk komunikasikan dengan Kemendikbud untuk instruksikan ke sekolah anak-anak tersebut," ucap Tito.
- Mappi Juara Umum: Prestasi Gemilang di Kejuaraan Olahraga Regional
- Romanus Mbaraka Dorong Keberlanjutan Pertanian dengan Teknologi Lokal
- Inovasi Valentine di Mappi: Lomba TikTok Ciptakan Gelombang Kreativitas