Pemda Merauke dinilai Apatis, Eksistensi Suku Marori Menggey Terancam Punah

Asisten Peneliti Program Dokumentasi Bahasa dari I Wayan Arka, Agustinus Mahuse menujukan rasa prihatinnya kepada suku Marori Menggey yang saat ini ternacam punah kebudayan dan bahasanya.


Mengingat menurut lelaki yang akrab disapa Agus itu, bahwa sampai saat ini tinggal tiga belas orang yang mampu berbicara dengan bahasa suku Marori Menggey dan mirisnya karena hanya tinggal satu orang yang saja mengetahui tarian dan budaya dari salah satu sub dari suku Marind itu.

Agustinus Mahuze saat ditemui wartawan RmolPapua.Id

“Saya sangat prihatin dengan budaya Suku Marori Menggey di Kampung Wasur yang saat ini hampir punah, bagaimana tidak tinggal tiga belas orang yang mampu berbicara dengan bahasa suku Marori Menggey, sedangkan tinggal satu orang yang mampu mempraktikan seni dan tari – tarian”. Ucapnya saat ditemui oleh Wartawan RmolPapua.id. Sabtu (29/2)

Menurut Agus sebenarnya masih ada kesempatan untuk melestarikan Budaya dan seni dari Suku Marori Menggey, yaitu dengan catatan harus ada komitmen dari Pemerintah baik pusat maupun daerah untuk pemertahanan terhadap bahasa dan budaya dari Suku Marori Menggey.

Selanjutnya Agus mengakatakan bahwa sebenarnya sudah ada hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh pihaknya, yang kemudian hasil penelitian itu didedikasikan kepada Pemerintah Daerah dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan yang serius, namun menurut Agus hingga saat ini belum pernah ada respon sama sekali dari pemerintah Daerah.

“Padahal sudah ada hasil penelitian yang selama ini kami lakukan, penelitian - penelitian itu adalah bentuk sumbangan kami kepada pemerintah, namun belum ada tanggapan lebih lanjut”. Ucapnya.

Agus juga mengatakan pemerintah harus lebih serius memperhatikan terkait terancam punahnya bahasa dan budaya dari Suku Marori Menggey ini, apalagi selain melakukan penelitian, pihaknya juga sudah pernah mengusulkan untuk pencetakan buku ajar bahasa Marori Menggey yang telah mereka susun kepada kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke, namun belum pernah ada respon dari Dinas Pendidikan sama sekali sama sekali sampai hari ini.

“Kita sudah pernah mengusulkan percetakan buku ajar khusus bahasa Maori Menggey kepada dinas Pendidikan Kabupaten Merauke, namun tidak pernah direspon hingga hari ini, padahal sudah kami usulkan sejak dua tahun yang lalu”. Tegasnya.