Masa Depan Demokrasi Pasca Pandemi Covid-19

Dari bercocok tanam ke industri massal demi kepentingan publik ke industri informasi dengan didominasi sebagian kecil masyarakat dunia, menjadikan kedaulatan rakyat terpapar berbagai perubahan tersebut.


Sebagai akibatnya, warga negara mengalami dilema dalam menghadapi berbagai agenda perubahan tersebut, sebab agenda yg mengarahkan publik lewat sentuhan telunjuk untuk mengakses berbagai peristiwa justru berefek pada pengangguran dan pembatasan sosiologis.

Dengan demikian, agama dan budaya dimana didalamnya terdapat kedaulatan rakyat akan terpapar covid rupa-rupa dengan satu wacana otoritas modal melalui pasar vs otoritas, agama dalam menghadapi kegilaan sains abad 21.

Bagaimana tidak, hujan dapat direkayasa, panas, bahkan virus demi terpenuhinya syahwat para kaum feodal global menuju tatanan dunia baru.

Problem mendasar adalah kesiapan warga negara dalam menghadapi badai industri ITE bersama dengan konsep demokrasinya di negara berkembang masih seputar Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan kartu pra kerja, sementara negara maju dan pemodal sudah berada dalam setting kecepatan hegomoni aspek fundamental dari kehidupan manusia yaitu makan.

Hujan, panas, dan gempa sudah dapat direkayasa. lalu apakah kita masih saja berdebat tentang administrasi penerima bantuan, dan keterbelakangan jika masih terus demikian maka wacana Demokrasi kita akan sangat mungkin mengarah ke runtuhnya republik ini sebagaimana pernah dialami romawi ( Baron de montesqieuw).

Untuk itu di era seperti ini, warga negara harus mampu melahirkan wacana alternatif agar dapat menjadi bagian penting dari penentuan arah perubahan situasi baik melalui bencana alami maupun setting sains, jika tidak maka Darwinisme, akan menguasai dunia dan esensi agama akan ditinggalkan dengan satu dalil mendasar yaitu lapar.

Dari situasi yang melanda dunia saat ini, maka sudah mestinya kita bergerak memulai dengan mempertanyakan semua peristiwa yg melanda dunia baik gempa, hujan, kemarau, dan pandemi covid-19 dengan apa, mengapa, dan bagaimana semua ini bisa terjadi.

Dari situlah kita akan menjadi bagian penting dari perubahan itu jika tidak maka T. Hobbes dan C. Darwin akan menjadi Tuhan baru bagi semua tatanan kehidupan, dengan demikian akan ada ancaman terhadap rakyat dan Negara.

Sebab jauh sebelumnya Malthus, J bentham, dan Rusell telah mendesain konsep tersebut dengan media menjadi alat untuk propaganda serta pasar sebagai wadah dan ekonomi sebagai senjata.

Oleh: Sumarlin Maate

Penulis adalah Pemerhati Demokrasi