Kerjanya di Katedral, Mengatur Lalu Lintas di Al-Aqsha, Sisi Lain Toleransi di Merauke

Sebagian masyarakat di kota Merauke mesti sudah mengetahui sosok bapak inspiratif yang satu ini.


Ya, nama lengkapnya G. Y. Ary B. Utomo. Seorang yang sebagian waktunya dimanfaatkan untuk menjadi pengatur lalu lintas.

Kata dia saat ditemui, tempat yang biasa dijadikan objek untuk mengatur lalu lintas bisa beragam.

Namun, tempat yang paling menonjol biasanya di tempat Ibadah umat Nasrani yakni gereja dan tempat Ibadah umat Islam yaitu Masjid.

Lelaki yang diketahui beragama Kristen dan bekerja di salah satu Gereja terbesar di Merauke yaitu Gereja Katedral ini, tidak pernah merasa canggung dan berat melakukan pengaturan lalu lintas di Masjid usai sholat.

Ia tidak membawa nama organisasi, nama kelompok dan bahkan bukan anggota Polisi Lalu lintas (Polantas) yang memang merupakan kewajibannya untuk melakukannya karena bagian dari tugas.

Namun, ia seorang diri melakukan hal itu karena kesadaran dan juga untuk membantu kepolisian serta menurutnya itu dilakukan untuk kebaikan bersama.

Mengatur lalu lintas kata dia, bukan hanya pada saat momen-momen hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha.

Akan tetapi, hal itu dilakukan hampir setiap selesai Sholat Jumat bahkan kadang diluar hari Jumat ia lakukan.

Apa yang dilakukan oleh dirinya merupakan warna lain toleransi beragama di ujung timur Indonesia khususnya di Kabupaten Merauke.

Bahwa agama, sudah selayaknya dapat menjadi motor gerakan bagi umat manusia untuk selalu mempromosikan pesan perdamaian.

Meskipun ada pandangan yang tidak sama. Lebih dari itu sebenarnya agama juga semestinya dapat melahirkan ruang-ruang perjumpaan yang harmoni.

Hadir dalam bentuk nyata untuk membela kepentingan umat manusia, utamanya kaum lemah.

Tolong menolong dalam kebaikan bersama untuk mewujudkan masyarakat yang damai dan tentram.

Saat diwawancarai reporter RMOL Papua, Jumat (31/7) dirinya mengatakan aktifitas mengatur lalu lintas ini sudah dilakukan semenjak ia SD.

Menurutnya, ia sangat senang melakukan hal itu sehingga sempat diberi penghargaan dari pihak kepolisian setempat dengan memberikan dirinya rompi kepolisian dan sepeda yang biasanya ia pakai.

"Bapak lakukan ini dari SD sampai sekarang. Kasian bapak lihat anak-anak, orang tua menyeberang dan ada pengendara yang masih melanggar.

"Jadi bapak lakukan itu untuk kabaikan bersama, hindari kecelakaan," ucapnya kepada reporter RMOL Papua usai mengatur keluarnya kendaraan dari halaman Masjid Raya Al-Aqsha Merauke pasca sholat Jumat yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha 1441 H.

Lelaki kelahiran 27 Februari 1973 ini ketika melakukan pengaturan lalu lintas, ia mengatakan merasa bangga dan senang sekali.

"Bapak bangga lakukan ini. Dalam hati bapak menangis karena ini bagian dari orang tua angkat bapak punya jasa-jasa," katanya dengan nada sedih.

Dia berharap, kepada pengendara roda dua maupun empat agar hati-hati dan patuhi lalu lintas yang berlaku sehingga terhindar dari kecelakaan.

Sebab, kadang ketika dirinya mengatur lalu lintas, pengendara kadang tidak menghargai karena dianggap bukan polisi lalu lintas resmi.

"Walaupun bapak bukan polisi resmi lalu lintas dan bukan tugas bapak seperti polisi tapi bapak himbau agar masyarakat patuhi lalu lintas supaya tidak terjadi kecelakaan," demikian G. Y. Ary B. Utomo.