Ada sesuatu yang janggal dengan pertemuan adat kemarin (29/8), karena tidak dihadiri oleh semua perwakilan suku bangsa Malind, dari Kondo sampai Digoel. Demikian Ucap Budayawan Suku Malind, Isayas Ndiken saat ditemui Reporter Rmol Papua di mandara Mopah Merauke. Senin (30/8)
- Puan Maharani Raih Rekor MURI, Jaya Suprana: Tak Lekang oleh Zaman
- Tantangan Besar di Balik Pendistribusian Logistik Pemilu 2024 di Kabupaten Merauke
- Dipukuli Orang Tak Dikenal, Haris Pertama Duga Sudah Diikuti Sejak dari Rumah
Baca Juga
Menurutnya Tikar Adat yang dilakukan di depan Kantor DPRD Kabupaten Merauke tidak sah karena tidak dihadiri oleh setiap golongan dari suku Malind, misalnya Kimakima, Makleu, Duheke, Atih, dan Tumin.
Baginya jika dilihat dari peta budaya yang hadir dalam tikar adat kemarin itu adalah hanya orang-orang dari Gahul, sehingga menurutnya jika melihat representatif dari semua golongan di tanah Malind harusnya melihat budaya masyrakat tanah Malind secara utuh.
“Adat seharusnya tidak ditunggangi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan, karena adat mempunyai harga diri.” Ujarnya
Selain tidak menghadirkan berbaga perwakilan golongan adat, hal yang ganjal juga dari ritual tikar adat di depan DPRD Kabupaten Merauke juga tidak dilengkapi dengan ornamen upcara adat suku Maridn sebagaiaman mestinya.
“Yang harus dilengkapi adalah unsur-unsur kebudayaan seperti pemotongan babi, adanya tebu, pisang, dan sebagainya.” Jelasnya
Dan unsur-unsur kebudayan tersebut tidak dilakukan dalam upcara ritual tikar adat kemarin, sehingga menurutnya yang dilakukan didepan kantor DPRD itu upacara adat, atau yang disebut dengan tikar adat, karena ditanah Malind tidak ada istiah tikar adat, dan istilah tikar adat adalah istiah orang Malind moderen.
“Kedamaian di Tanah Malind sudah ada dari dahulu kala dengan siapapun yang berada disini dan tidak ada yang pernah membeda-bedakan orang sehingga yang menjadi pertanyaan adalah siapalah yang membuat tanah ini sekarang menjadi tidak damai karena mengambil hak-hak dasar itu sendiri.”
Dirinya pun sebagai budayawan menginginkan adanya pertemuan secara keseluruhan orang Malind ditanah ini agar dapat memberikan kesadaran kepada orang Malind yang tidak memahami dirinya sendiri tentang bagaimana persatuan Malind Anim dan bukannya diperdayakan oleh kepentingan orang lain. Tutupnya
- Kunjungi Kompleks Wamena Cikombong, Pasangan Romarin di Sambut Dengan Prosesi Adat
- Kekuatan Baru, HPP Resmi Deklarasikan Sebagai OKP Lokal Di Tanah Papua, Ini Perannya!
- Firli Bahuri Resmi Lantik 55 Jaksa jadi Penuntut Umum KPK