PEMIMPIN, RAKYAT DAN CINTA DALAM WABAH COVID-19

Kekuatan cinta pemimpin adalah tenaga yang begitu besar dan efektif dalam masyarakat. Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang bergerak atas dasar cinta, yang tergerakan dan yang digerakan oleh cinta.


Cinta dua arah dari penguasa atau pemimpin untuk rakyatnya dan cinta dari pengabdian rakyat untuk penguasa atau pemimpin.

Perasaan kasih sayang dan cinta sang pemimpin adalah factor yang paling penting bagi stabilitas dan langgengnya suatu pemerintahan, tanpa factor ini sang pemimpin tak dapat atau sulit menggerakkan masyarakatnya.

Melatih rakyat untuk taat dan patuh maupun dalam menegakkan keadilan dan kebenaran serta persamaan dalam masyarakat, tentu butuh contoh dari sang pemimpin itu untuk melakukannya lebih dulu.

Jika pemimpin mencintainya (rakyat), maka rakyat menjadi sadar akan ketaatan dan kepatuhan. Sebab rakyat akan melihat cinta kasih dan sayang dari kebijakan sang pemimpin.

Dan cinta inilah akan menarik mereka pada kesadaran akan hak dan kewajiban. Pemimpin harus sadar tentang hak dan kewajibannya maka, rakyatpun akan sadar dengan hal yang sama pula.

Dalam suatu kepimpinan, kepercayaan atas pemimpin dan yang dipimpin adalah factor yang paling fundamental dalam kelompok sosial berbangsa dan bernegara.

Rakyat jika percaya kepada pemimpinnya, maka sudah pasti pemimpinnya itu bekerja karena dasar percaya, cinta serta kasih dan sayang terhadap rakyatnya.

Situasi seperti ini, masyarakat Indonesia mengalami ujian, cobaan dan musibah yang tidak bisa dihindari. Bahkan hanya bisa melakukan pencegahan dengan ikhtiar (usaha) seadanya dan semampunya untuk bisa dapat terhindar dari wabah covid-19 dan bisa bertahan hidup.

Problem ini terjadi tidak bisa disalahkan pihak manapun, hanya saja ada pihak dalam hal ini pemerintah harus serius menangani dan merespon dengan tanggung jawab penuh.

Ingat! Tidak semua rakyat Indonesia memiliki pekerjaan tetap dan tiap bulan terima gaji. Banyak masyarakat yang pekerjaannya hanya tukang ojek, pedagang kaki tiga, pengatur parkiran dan lain-lain.

Rakyat miskin hampir 9, sekian persen. Bagaimana dengan mereka jika tetap dirumah saja sesuai dengan anjuran pemerintah.

Mereka tentu butuh pangan untuk memertahankan kehidupan mereka, karena masyarat sadar bahwa mati kelaparan lebih perih dan tidak terhormat didepan Tuhan.

Oleh sebab itu, dengan sebisanya mereka pasti mencuri waktu untuk tetap mencari agar kebutuhan ada walau sedikit demi mempertahankan kelanjutak kehidupan mereka.

Ini bukan soal tidak taat dan patuh terhadap anjuran pemimpinnya.

Wabah Covid-19 masih terus berkembang hingga saat ini, bahkan tidak bisa dipastikan kapan ia berakhir.

Musibah ini memang perih, bisa mengancam nyawa dan duka berdatangan dari penjuru Negeri Indonesia. Masyarakat menjerit dan bingung dengan kondisi saat ini, bingung ap yang harus dilakukan.

Di bulan yang suci ini, cobaan dan penderitaan ini tidak berkahir, mala masih berkembang. Jangan berpikir bahwa ini adalah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan seseorang, karena hal itu saja tidak cukup.

Sebab sudah masuk dalam konteks berbangsa dan bernegara dan sudah pasti masuk dalam ranah pemimpin dan yang dipimpin.

Pemimpin yang terhormat, yang cinta serta sayang kepada rakyatnya, kami percaya bahwa keresahan ini, anda juga merasakannya, yang dampaknya bukan saja pada kematian, namun pada kondisi kesehatan, ekonomi dan gejolak sosial serta ibadahpun terganggu dan ketemtraman masyarakat tidak seperti sedia kala.

Kebijakan pemerintah sudah sangat banyak untuk menangani wabah ini, namun kebijakan itu bukan hanya anga rupiah dan bunyinya saja yang didengar, namun realisasi faktanya bisa sampai kepada pelosok-pelosok negeri ini.

Jika pemimpin tidak cepat menangani hal ini maka, duka dan tangisan akan terus berdatangan. Rakyat tidak bisa saja diam dirumah, sebab mereka harus memenuhi kebutuhan hidap mereka.

Kebijakan itu harus benar-benar menyetuh dan sampai secara totalitas kepada masyarakat sampai kepada mereka yang ada di pelosok negeri ini. Kebijakan harus tetap pada sasaran, ruang control dari pihak yang berwewenang harus ketat demi tercapai tujuan dari kebijakan itu.

Doa dan harapan antara pemimpin dan yang dipimpin berharap hal yang sama, semoga wabah covid-19 segerah berakhir.

Dan pemimpin dan yang dipimpin tersadarkan karena atas kepercayaan, cinta serta kasih dan sayang. Percayalah bahwa jika landasan kepimpinan karena cinta kasih dan sayang maka semuanya akan teratasi dengan baik dan tetap pada sasaran tujuan.

Masyarakat menantikan kebijakan yang ril dan tepat pada sasaran, tangisan dan penderitaan ini akan segerah berakhir jikan kebijakan itu cepat dan tepat pada tujuan. Maka, semuanya akan berakhir dan kembali seperti semula dan seperti sedia kala.

Tentu kebijakan pemimpin dalam pemerintahannya itu harus rasional dan logis, sesuai dengan objeknya, yakni “ketentraman rakyatnya”, jika hal ini adalah alasan utamanya maka, beban ini akan menjadi ringan dan segera berakhir.

Semoga harapan ini tersampaikan kepada pemimpin yang sayang dan cinta terhadap rakyanya.

Penulis: Alfaris Yasir